Minggu, 09 Februari 2014

Respon Hormonal Terhadap Stres

Respon Hormonal Terhadap Stres
Makalah ini ditujukan untuk memenuhi mata kuliah Psikologi Faal










Disusun Oleh:
AHMAD HARIS SUSANTO
B07211002 / 5G1 / PSI

Tahun Ajaran 2011





KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Illahi Rabbi, senantiasa mengiringi proses penulisan catatan kuliah ini, karena hanya dengan limpahan  rahmat dan karuniaNya lah makalah ini dapat terselesaikan dengan tanpa halangan yang berarti.
Makalah ini disusun pada awalnya untuk memenuhi tugas akhir mata kuliah Psikologi Faal dari dosen pengajar yaitu Dr.dr.Hj.Siti Nur Asiyah, M.Ag. Namun secara pribadi penulis juga menyusun makalah ini untuk dapat dijadikan referensi bagi siapa saja yang tertarik mempelajari sistem saraf secara mendalam.
Makalah ini membahas mengenai respon sistem saraf terhadap stress. Dalam pembahasannya , diusahakan terdapat ilustrasi materi dengan harapan akan lebih mempermudah pembaca memahami bahasan tentang materi tersebut.
Penulis sangat  menyadari bahwa tulisan ini jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, segala saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan dei kesempurnaan tulisan ini. Akhirnya semoga karya ini bermanfaat bagi pembaca. Amin.













I
PEMBAHASAN
Pada zaman modern ini stres adalah sesuatu hal yang biasa bagi manusia. Manusia zaman modern ini adalah manusia dengan mobilitas yang tinggi sehingga tuntutan akan pekerjaan akan semakin besar. Disamping itu faktor kebutuhan yang semakin kompleks juga akan menjadi sebab mengapa manusia harus bekerja ekstra keras dan rentan akan timbulnya stres. Stres dalam bentuk apapun sudah menjadi bagian dari kehidupan seseorang. Baik itu stres tingkat rendah sampai stres tingkat tinggi.
Stres merupakan suatu respon fisiologis, psikologis dan perilaku dari manusia yang mencoba untuk mengadaptasi dan mengatur baik tekanan internal dan eksternal. Apabila individu itu kurang mampu mengadaptasikan dirinya dengan tuntutan – tuntutan atau masalah – masalah yang muncul, maka individu tersebut akan cenderung mengalami stres. Secara umum, stres akan terjadi jika individu dihadapkan dengan peristiwa yang mereka rasakan sebagai ancaman kesehatan fisik atau psikologis. Keadaan atau peristiwa yang menyebabkan stres disebut stresor (Asiyah, 2010) dan reaksi individu terhadap peristiwa yang menyebabkan stres disebut respon stres.
Berikut adalah pengertian stres menurut beberapa ahli :
1.      Selye (Asiyah, 2010) stres adalah respon non spesifik dari badan terhadap setiap tuntutan yang dibuat atasnya.
2.      Sarafino (Hardjana, 1993) stres adalah sebagai suatu keadaan yang dihasilkan ketika individu dan lingkungan bertransaksi, baik nyata atau tidak nyata, antara tuntutan situasi dan sumber – sumber yang dimiliki individu menyangkut kondisi biologis, psikologis atau psikososial.

Tanda dan Gejala Stres
Proses terjadinya stres merupakan hal yang kompleks dan melibatkan hubungan antara perasaan dan tubuh manusia. Informasi dari lingkungan diproses melalui dua mekanisme dasar, yaitu :
1.      Mekanisme Subkonsius (autonomic nervous system). Mekanisme ini merupakan refleks fisik dan emosional yang bekerja untuk mempersiapkan tubuh terhadap segala aksi potensial yang mungkin diperlukan. Persiapan tubuh ini berdiri sendiri atau terpisah dari aksi terakhir.
2.      Mekanisme Konsius. Mekanisme volunter berupa persepsi, evaluasi dan pembuatan keputusan. Mekanisme ini memiliki peran untuk menentukan apakah stressor yang timbul diperlukan dan berguna atau tidak dan menimbulkan sesuatu yang buruk atau tidak. Aksi atau respon itu sendiri adalah konsius dan dapat timbul hanya apabila kita dapat melihat dan mengevaluasi situasi.
Respon terhadap stres berupa tekanan fisik selanjutnya dapat ditimbulkan oleh konsius, aksi volunter atau subkonsius, aktivasi involunter yang menjaga tubuh dalam keadaan tetap siaga.
Stres bersifat subyektif dan individual. Keadaan ini bermula ketika kita mengamati satu situasi, seseorang, satu kejadian atau bahkan satu obyek yang kita sebut sebagai stressor. Hal ini berarti bahwa otak tidak memberikan respon secara buta tetapi respon yang terjadi merupakan hasil dari satu derajat latihan terhadap interpretasi subyektif.
Bagaimana kita melihat suatu kejadian secara luas tergantung terhadap konsep diri pribadi, kekuatan ego, sistem nilai dan bahkan hereditas. Peristiwa – peristiwa menyenangkan seperti menikah, bertemu dengan seseorang yang lama telah berpisah, juga menimbulkan stres, meskipun kebanyakan stres berawal dengan peristiwa – peristiwa  negatif, menyakitkan dan tidak diharapkan dalam kehidupan kita.
Situasi yang sama dapat dilihat, secara keseluruhan, secara berbeda oleh dua individu. Yang satu dapat memandang situasi sebagai tantangan yang menarik sementara individu yang lain memandang situasi tersebut sebagai suatu ancaman terhadap kehidupannya. Satu lampu merah diinterpretasikan oleh yang satu sebagai obyek yang berguna untuk mengatur suatu usaha dan oleh orang lain merupakan sumber yang menyakitkan. Lebih jauh, kita memandang dan bereaksi terhadap suatu peristiwa yang sama secara berbeda pada saat yang berbeda, tergantung pada keadaan perasaan dan fisik kita saat tersebut.
Stres yang datang dari dari peristiwa – peristiwa dan kondisi kehidupan yang tidak menyenangkan dapat mengganggu perasaan dan tubuh kita. Stres menyebabkan kesedihan dan menghalangi untuk melakukan pekerjaan yang bermanfaat. Sangatlah penting untuk mengenali seseorang yang menderita stres berat.
Stres dapat mempengaruhi semua bagian dari kehidupan seseorang, menyebabkan stres mental, keluhan – keluhan fisik, perubahan perilaku, dan masalah – masalah dalam berinteraksi dengan orang lain. Seseorang yang menderita stres seringkali tidak mengeluh stres secara langsung. Sebagai gantinya, mereka mengeluhkan banyak keluhan fisik dan mental yang berbeda. Mereka dapat saja menderita sakit yang serius sehingga memerlukan perawatan medis.
Seseorang yang berada dalam keadaan stres dapat memiliki berbagai gejala yang bervariasi. Gejala – gejala tersebut dapat bermanifestasi pada perasaan, tubuh kita dan terhadap pergaulan dengan orang lain. Pada perasaan kita gejala – gejala tersebut dapat berupa :
a)      Rasa cemas dan mudah marah
b)      Rasa sedih, menangis atau rasa sedih tidak diperhatikan
c)      Perubahan mood yang cepat
d)     Konsentrasi yang jelek, memerlukan penjelasan beberapa kali baru bisa memahami dan mengingatnya
e)      Berpikir tentang satu hal yang sama berulang – ulang.

Sumber Stres
Setiap waktu kita dihadapkan dengan perubahan, apakah kejadian tersebut kita inginkan atau tidak, homeostasis akan terganggu dan kita akan menderita stres selama masa adaptasi terhadap masa tersebut. Proses pemulihan bomeostasis tersebut disebut adaptasi.
Derajat tertentu dari perubahan tersebut diinginkan dan bahkan diperlukan. Perubahan dapat menjadi faktor positif untuk perkembangan atau dapat menjadi kekuatan negatif yang akan membawa ke arah deteriorasi pada mental dan atau fisik. Terlalu banyaknya kejadian dan situasi baru yang dihadapi pada satu waktu menimbulkan keadaan stres yang berlebihan. Ketika derajat dan jumlah perubahan tersebut melampaui adaptasi kita, kita akan mendapatkan diri kita dalam fase stres yang negatif, yaitu suatu keadaan dimana keseimbangan mental dan fisik terganggu. Besarnya stres yang dialami tergantung dari faktor intensitas dan frekuensi perubahan, dan kemampuan kita untuk beradaptasi.





Biokimia Stres

Stres fisik atau emosional mengaktivasi amygdagala yang merupakan bagian dari sistim limbik yang berhubungan dengan komponen emosional dari otak. Respon emosional yang timbul ditahan oleh input dari pusat yang lebih tinggi dari forebrain. Respon neurologis dari amygdagala ditransmisikan dan menstimulasi respon hormonal dari hipotalamus. Hipotalamus akan melepaskan hormon CRF (corticotropin – releasing factor) yang menstimulasi hipofisis untuk melepaskan hormon lain yaitu ACTH (adrenocorticotropic hormone) ke dalam darah. ACTH sebagai gantinya menstimulasi kelenjar adrenal, suatu kelenjar kecil yang berada di atas ginjal.
Kelenjar adrenal berisi dua daerah yang berbeda, bagian dalam atau medulla yang mensekresi adrenalin (epinefrin) dan noradrenalin (norepinefrin) dan lapisan luar atau korteks yang mensekresi kortikosteroid mineral (aldosteron) dan glukokortikoid (kortisol). Secara simultan, hipotalamus bekerja secara langsung pada sistem otonom untuk merangsang respon yang segera terhadap stres. Sistem otonom sendiri diperlukan dalam menjaga keseimbangan tubuh. Sistem otonom terbagi menjadi dua sistem yaitu simpatis dan parasimpatis. Sistem simpatis bertanggung jawab adanya stimulasi atau stres. Reaksi yang timbul berupa peningkatan denyut jantung, napas yang cepat, penurunan aktivitas gastrointestinal. Sementara sistem parasimpatis membuat tubuh kembali ke keadaan istirahat melalui penurunan denyut jantung, perlambatan pernafasan, meningkatkan aktivitas gastrointestinal. Perangsangan yang berkelanjutan terhadap sistem simpatis menimbulkan respon stres yang berulang – ulang dan menempatkan sistem otonom pada ketidakseimbangan. Keseimbangan antara kedua sistem ini sangat penting bagi kesehatan tubuh.











Rounded Rectangle: Respon Stres
 


































Pengertian Hormon

Hormon adalah zat kimia yang disekresi dalam cairan tubuh oleh suatu sel atau kelompok sel dan menimbulkan efek pengaturan fisiologis pada sel – sel lain tubuh. Hormon dihasilkan oleh kelenjar endokrin atau kelenjar buntu. Kelenjar ini merupakan kelenjar yang tidak mempunyai saluran sehingga sekresinya akan masuk aliran darah dan mengikuti peredaran darah ke seluruh tubuh. Apabila sampai pada suatu organ target, maka hormon akan merangsang terjadinya perubahan.
Fungsi berbagai hormon adalah mengatur tingkat aktivitas jaringan sasaran, mengubah reaksi kimia dalam sel, mengatur permeabilitas membran sel terhadap zat – zat khusus dan mengaktifkan mekanisme seluler spesifik.
Dua mekanisme umum yang penting dari berfungsinya hormon adalah sebagai berikut :
1.      Pengaktifan sistem siklik AMP sel yang kemudian akan menimbulkan fungsi seluler tertentu.
2.      Pengaktifan gen sel yang menyebabkan pembentukan protein intrasel yang menimbulkan fungsi seluler tertentu.

Rounded Rectangle: StresorAda beberapa macam hormon dalam tubuh yang disebut sebagai hormon lokal dan hormon umum. Hormon lokal merupakan hormon yang memiliki efek spesifik lokal sedangkan hormon umum merupakan hormon yang disekresi oleh kelenjar endokrin spesifik dan ditranspor dalam darah sehingga menyebabkan kerja fisiologis pada tempat yang jauh dari tubuh.

                                                              
 





PERUBAHAN HORMON
   Respon umum / general adaptation syndrome dikendalikan oleh hipotalamus, hipotalamus menerima masukan mengenai stresor fisik dan psikologis dari hampir semua daerah di otak dan dari banyak reseptor di seluruh tubuh. Sebagai respon hipotalamus secara langsung mengaktifkan sistem saraf simpatis. Mengeluarkan  CRH untuk merangsang sekresi ACTH dan kortisol, dan memicu pengeluaran Vasopresin. Stimulasi simpatis pada gilirannya menyebabkan sekresi epinephrine, dimana keduanya memiliki efek sekresi terhadap insulin dan glucagon oleh pancreas. Selain itu vasokonstriksi arteriole di ginjal oleh katekolamin secara tidak langsung memicu sekresi rennin dengan menurunkan aliran darah (konsumsi oksigen menurun)  ke ginjal. Renin kemudian mengaktifkan mekanisme rennin-angiotensin-aldosteron. Dengan cara ini, selama stres, hipotalamus mengintegrasikan berbagai respon baik dari sistem saraf simpatis maupun sistem endokrin. (Gambar 1) (Hole. 1981, Sherwood. 1996)




Description: stres-hipotalamus  








Gbr.1 Integrasi respon stres oleh Hipotalamus (Sherwood. 1996)


Reaksi normal pada seseorang yang sehat pada keadaan darurat, yang mengancam jiwanya, akan merangsang pengeluaran hormon adrenalin, yang menyebabkan meningkatnya denyut nadi, pernapasan, memperbaiki tonus otot dan rangsangan kesadaran yang kesemuanya akan meningkatkan kewaspadaan dan siap akan kecemasan dan antisipasi yang akan di hadapi, untuk kembali pada keadaan yang normal setelah suatu krisis yang dihadapinya. Walaupun kondisi ini akan dilanjutkan dengan keadaan stress yang siap akan terjadinya suatu kerusakan pada tubuh. Selanjutnya apabila suatu krisis terjadi dengan suatu kasus sangat ekstrem maka dapat menimbulkan suatu kepanikan yang dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan atau cidera. (Reilly, 1985)
   Stress adalah suatu  psycho physiological phenomenon, ini adalah kombinasi antara maksud pikiran dan gerak tubuh. Olahraga sangat dekat dengan terjadinya stress. Secara fisiologis, tubuh dapat menunjukkan 3 tahap (fase) ketika menghadapi stress yaitu alarm stage, resistance stage, dan exhaustion stage. Reaksi ini  oleh Dr. Hans Selye disebut sebagai GAS Theory (General Adaptation Syndrome).
Pada alarm stage, terjadi peningkatan sekresi pada glandula adrenalis, mempersiapkan tubuh melaksanakan respon fight or fight. Seluruh efek tersebut menyebabkan orang tersebut dapat melaksanakan aktivitas fisik yang jauh lebih besar daripada bila tidak ada efek di atas.          
Pada resistance stage, terjadi setelah alarm stage. Selama fase ini tubuh memperbaiki dirinya sendiri akibat sekresi adrenokortikal yang menurun.
   Pada exhaustion stage sudah mempengaruhi sistem organ, atau salah satu organ menjadi tidak berfungsi yang menyebabkan terjadinya stress yang kronis. Stress kronis ini dapat mengganggu fungsi otak, saraf otonom, sistem endokrin, dan sistem immune yang kita sebut sebagai penyakit psikosomatis. (Arnheim, 1984; Sherwood. 1995, Guyton. 2000).

CATEKOLAMIN
   Respon saraf utama terhadap rangsangan stres adalah pengkatifan menyeluruh sistem saraf simpatis. Hipotalamus akan menolong untuk mempersiapkan tubuh untuk fight to fight akibat rangsangan stres. Hal ini menyebabkan : (Guyton. 2000, Hole. 1981)
1.    Peningkatan tekanan arteri
2.      Peningkatan aliran darah untuk mengaktifkan otot-otot, bersamaan dengan penurunan aliran darah ke organ-organ yang tidak diperlukan untuk aktivitas motorik yang cepat.
3.    Peningkatan kecepatan metabolisme sel di seluruh tubuh.
4.    Peningkatan konsentrasi glukosa darah.
5.    Peningkatan proses glikolisis di hati dan otot
6.    Peningkatan kekuatan otot
7.    Peningkatan aktivitas mental
8.    Peningkatan kecepatan koagulasi darah.

Seluruh efek tersebut menyebabkan orang tersebut dapat melaksanakan aktivitas fisik yang jauh lebih besar daripada bila tidak ada efek di atas. (Sherwood. 1995, Guyton. 2000)
   Perangsangan saraf simpatis yang menuju medulla adrenalis menyebabkan pelepasan sejumlah besar epinephrine dan norepinephrine ke dalam darah sirkulasi, dan kedua hormon ini kemudian dibawa dalam darah ke semua jaringan tubuh. Secara simultan, sistem simpatis memanggil kekuatan-kekuatan hormonal dalam bentuk pengeluaran besar-besaran epinephrine dari medulla adrenal. Epinephrine memperkuat respon simpatis dan mencapai tempat-tempat yang tidak dicapai oleh sistem simpatis untuk melaksanakan  fungsi tambahan, misalnya memobilisasi simpanan karbohidrat dan lemak. (Guyton. 2000, Sherwood. 1996)



Description: Untitled-Scanned-65














KORTISOL
   Selain epinephrine, sejumlah hormon terlibat dalam General Stress Syndrome ( Tabel 1). Respon hormon yang predominan adalah pengkatifan sistem CRH-ACTH-KORTISOL. Peran kortisol dalam membantu tubuh mengatasi stress, diperkirakan berkaitan dengan efek metabolik nya. Kortisol mempunyai efek metabolik yaitu meningkatkan konsentrasi glukosa darah dengan menggunakan simpanan protein dan lemak. Suatu anggapan yang logis adalah bahwa peningkatan simpanan glukosa, asam amino, dan asam lemak tersedia untuk digunakan bila diperlukan, misalnya dalam keadaan stress. (Guyton. 2000, Sherwood 1996).


TABEL 1
HORMON
PERUBAHAN
TUJUAN
Epinephrine
Meningkat
Memperkuat sistem saraf simpatis untuk mempersiapkan tubuh “fight to fight”

Memobilisasi simpanan karbohidrat dan lemak; meningkatkan kadar glukosa dan asam lemak darah

CRH-ACTH-KORTISOL
Meningkat
Memobilisasi simpanan energi untuk digunakan jika diperlukan, meningkatkan glukosa, asam amino, dan asam lemak darah.

ACTH mempermudah proses belajar dan perilaku
Glukagon &
Insulin
Meningkat
Menurun
Bekerja bersama untuk meningkatkan glukosa darah
Aldosteron
Meningkat
Menahan Na + H2O untuk meningkatkan volume plasma, membantu mempertahankan tekanan darah, jika terjadi pengeluaran akut plasma.
ADH
Meningkat
Vasopresin dan Angiotensin II menyebabkan vasokonstriksi arteriol untuk meningkatkan tekanan darah

Vasopresin membantu proses belajar
Oksitosin
Meningkat
Stress Induced Tachycardia à menghambat respon takikardia pada stress akut. 
Growth Hormon

Meningkat

Perubahan hormon utama selama respon stres (Sherwood. 1995, Braga. 2000, Higa. 2002)
  


ACTH mungkin berperan dalam mengatasi stres, karena ACTH adalah salah satu dari peptide yang mempermudah proses belajar dan perilaku, masuk akal jika peningkatan ACTH selama stres psikososial membantu tubuh agar lebih siap menghadapi stresor serupa di masa mendatang dengan perilaku yang sesuai. (Sherwood. 1995)
   Kortisol juga berperan dalam kronik stress, di katakan bahwa akut stress berbeda dengan kronik stress,  fight to fight merupakan respon dari akut stres sedangkan peningkatan adrenal kortisol merupakan respon dari kronik stress, jadi adanya peningkatan kadar kortisol merupakan indikator yang baik bagi seseorang yang mengalami kronik stres atau stres yang berulang-ulang. Akibat kronik stress menyebabkan penekanan sistem immune tubuh sebagai akibat efek dari kortisol. (Gambar.3) (Silverthorne. 2001).









Description: kortisol















Kontrol  pengeluaran kortisol (Silverthorne. 2001)



GLUKAGON – INSULIN
   Respon-respon hormonal lain di luar kortisol juga berperan dalam keseluruhan respon metabolik terhadap stres. Sistem saraf simpatis dan epinephrine yang dikeluarkan menyebabkan hambatan pada insulin dan merangsang Glukagon. Perubahan-perubahan hormonal ini bekerja sama untuk meningkatkan kadar glukosa dan asam lemak darah. Epinephrine dan Glukagon, yang kadarnya meningkat selama stres, meningkatkan glycogenolysis dan (bersama kortisol) glukoneogenesis di hati. (gambar 2). Namun insulin yang sekresi nya tertekan selama stres mempunyai efek yang berlawanan terhadap glycogenolysis di hati. Stimulus utama untuk sekresi insulin adalah peningkatan glukosa darah, sebaliknya efek utama insulin adalah menurunkan kadar glukosa darah. Apabila  insulin tidak dengan sengaja dihambat selama respon stres, hiperglikemia yang ditimbulkan oleh stres akan merangsang sekresi insulin untuk menurunkan kadar glukosa. Akibatnya peningkatan kadar glukosa darah tidak dapat dipertahankan. Respon-respon hormonal yang berkaitan dengan stres juga mendorong pengeluaran asam-asam lemak dari simpanan lemak, karena epinephrine glucagon dan kortisol meningkatkan lipolisis, sedangkan insulin menghambat nya.(Sherwood. 1996)


Description: sekresi%20%20insulin









 Kontrol sekresi Insulin (Sherwood. 1996)



ALDOSTERON, VASOPRESIN (ADH), &  OKSITOSIN
   Selama stres selain terjadi perubahan-perubahan hormon yang memobilisasi simpanan energi, hormon-hormon lain secara bersamaan juga diaktifkan untuk mempertahankan volume dan tekanan darah selama keadaan darurat. Sistem simpatis dan epinephrine berperan penting dengan langsung bekerja pada jantung dan pembuluh darah untuk meningkatkan fungsi sirkulasi. Selain itu sistem rennin-angiotensin- aldosteron juga diaktifkan sebagai akibat dari penurunan aliran darah ke ginjal yang dipicu oleh sistem simpatis. Sekresi aldosteron juga disebabkan oleh rangsangan dari angiotensin II dan peningkatan K+ plasma, dan rangsangan dari ACTH walaupun lemah. (Gambar.4 dan 5) (Sherwood.1996, Baron, 2003)
Sekresi Vasopresin juga meningkat selama keadaan stres. Secara keseluruhan hormon-hormon ini meningkatkan volume plasma dengan efek retensi Na dan H2O. Diperkirakan peningkatan volume plasma ini merupakan tindakan pencegahan untuk membantu mempertahankan tekanan darah sekiranya terjadi pengeluaran akut cairan plasma melalui perdarahan atau keringat berlebihan selama masa darurat tersebut. Vasopresin dan angiotensin juga memiliki efek vasopressor langsung yang akan bermanfaat untuk mempertahankan tekanan darah apabila terjadi pengeluaran akut darah. Vasopresin juga diperkirakan mempermudah proses belajar, yang berdampak pada adaptasi terhadap stres di masa mendatang.(Gambar 5) (Sherwood. 1996)



Description: RAAS












Sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron (Sherwood. 1995)
Description: Untitled-Scanned-54














 Control sekresi Aldosteron (Baron.2003)


Oksitosin dikatakan mempunyai efek Stress Induced Tachycardia, melalui n. vagus menyebabkan bradikardia, yaitu menghambat respon tachycardia  akibat stress physic (exercise). Sehingga Vasopresin dan Oksitosin diduga bertugas mengontrol denyut nadi pada saat stres physic. (Braga. 2000, Higa. 2002)
GROWTH HORMONE (GH)
GH adalah hormon yang disekresi oleh hipofisis anterior, GH ini mempunyai efek merangsang pertumbuhan seluruh jaringan tubuh, dan mempunyai efek metabolik yaitu meningkatkan hampir semua ambilan asam amino dan sintesis protein oleh sel, menggunakan lemak dari tempat penyimpanannya dan menghemat karbohidrat
  



Description: GHDescription: GH1  







Control sekresi GH pada stress





PERUBAHAN HORMON OLEH STRES PSIKOLGIS KRONIS YANG DAPAT MERUGIKAN
Akselerasi aktivitas kardiovaskuler dan pernapasan, retensi garam dan H2O, serta mobilisasi bahan bakar metabolik dan bahan-bahan pembangun dapat bermanfaat sebagai respon terhadap stres fisik, misalnya kompetisi olahraga atletik. Ternyata  sebagian besar stresor dalam kehidupan kita sehari-hari adalah stres psikologis, meskipun stresor tersebut memicu respon yang sama. Apabila tidak diperlukan energi tambahan, tidak ada kerusakan jaringan, dan tidak ada pengeluaran darah, penguraian cadangan energi tubuh dan retensi cairan merupakan tindakan yang sia-sia, mungkin merugikan bagi individu yang mengalami stres. Akibat respon stres yang tidak digunakan mungkinkah hipertensi disebabkan oleh vasokonstriksi simpatis yang berlebihan? Mungkinkah peningkatan kortisol yang ringan namun kronik, seperti stres psikologis yang berkepanjangan, menimbulkan hal yang sama. Ini harus dilakukan penelitian lebih lanjut. (Sherwood. 1996)






KESIMPULAN

1.    Berbagai stressor dapat menimbulkan berbagai respon spesifik yang khas untuk stressor tersebut, namun selain respon spesifik, semua stressor juga menimbulkan respon umum yang berefek sama apa pun jenis stressor nya.
2.    Respon umum / general adaptation syndrome dikendalikan oleh hipotalamus.
3.    Perubahan-perubahan hormon yang terjadi dalam keadaan stres adalah :
a.         Peningkatan epinephrine
b.         Peningkatan ACTH dan Kortisol
c.         Peningkatan glucagon dan penurunan insulin
d.         Peningkatan aldosteron
e.         Peningkatan ADA/Vasopresin
f.          Peningkatan kadar Oksitosin
g.         Peningkatan kadar Growth Hormon
4.    Ternyata  sebagian besar stresor dalam kehidupan kita sehari-hari adalah stres psikologis, meskipun stresor tersebut memicu respon yang sama.
5.    Jika tubuh bertemu dengan stressor, tubuh akan mengaktifkan respon saraf dan hormon untuk melaksanakan tindakan-tindakan pertahanan untuk mengatasi keadaan darurat,











DAFTAR PUSTAKA


Asiyah N.siti. Kuliah Psikologi Faal.Surabaya:IAIN Press. 2010.

Hapsari, Indri iriani, dkk. Psikologi Faal . Bandung: PT. Remaja rosdakarya. 2013.

Kadir, Akmarawita. PERUBAHAN HORMON TERHADAP STRESS. Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Saran dan komentar anda akan sangat membantu dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas kami dalam berbagi.