Undangan

"Enak jadi karyawan tiap bulan pasti dapat gajian."
"Enak jadi usahawan bebas tidak ada yang mengatur."

Dua pertanyaan diatas adalah pertanyaan yang sangat lazim terlontar di pembicaraan antar personal tentang masa depannya. Hal itu juga yang sering menjadi perdebatan antara saya, teman, sahabat, rekan kerja, dan keluarga di rumah saat saya akan memilih satu diantara keduanya.

Sedikit bercerita, sejak usia SMA tepatnya di usia 17 tahun saya sudah mulai merintis usaha.Waktu itu memang tujuannya hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup dan biaya sekolah. Usaha yang saya rintis waktu itu adalah membuat stiker timbul yang idenya pun berasal dari meniru orang yang sebelumnya pernah membuat. Meskipun sederhana tetapi untuk dapat membuatnya butuh perjuangan keras, waktu dan biaya jelas dibutuhkan untuk bereksperimen sehingga suatu ketika hasil eksperimen saya membuahkan hasil.

Tahun 2001 UMK/UMR di Sidoarjo atau Surabaya berada di kisaran Rp. 400 ribuan atau kalau dibuat harian, sehari karyawan di sana mendapat upah tidak lebih atau sekitar Rp. 20 ribuan. Sedangkan saya dengan berjualan stiker tiap malam dapat membawa keuntungan bersih Rp. 20ribu - 30ribu, itu pun dengan jam kerja dari jam 4 sore samapai maksimal jam 10 malam. Apalagi kalau hari sabtu dan minggu bisa sampai Rp. 70.000 - 100.000. Itu artinya pendapatan saya melebihi pendapatan karyawan yang ada.

Hingga mendekati tahun kelulusan saya dari bangku sekolah menengah atas, saya sebenarnya sudah merasa nyaman dengan pekerjaan saya sebagai penjual stiker, masalah pendidikan saya sudah tidak mempunyai minat untuk meneruskan ke jenjang yang lebih tinggi karena saya merasa sudah cukup mendapatkan dari apa yang sudah saya peroleh saat itu. Suatu hari pelanggan saya, sebut saja WW yang saat itu menjadi seorang Area Manager di salah satu distributor mie instan, menyarankan saya untuk kerja ikut orang alias jadi karyawan jika saya ingin jadi seorang pengusaha sukses. Dengan alasan kerja jadi karyawan adalah bertujuan untuk belajar bagaimana rasanya menjadi karyawan, bagaimana suasana perusahaan, intinya belajar tentang mengelola sebuah perusahaan.

Saran itu sedikitnya juga masuk akal. Selain itu menurut orang tua kerja jadi karyawan juga lebih bergengsi dari pada hanya kerja jadi penjual stiker. Begitu juga dengan orang - orang di sekitar saya yang selalu mencibir pekerjaan saya sebagai penjual stiker yang hanya berpenghasilan delapan ratus ribu sampai satu juta dibandingkan dengan dia sebagai karyawan pabrik yang sudah berpenghasilan UMR senialai Rp. 516.000, kebalik kan? Harusnya saya yang mencibir dia karena penghasilanku hampir dua kali penghasilannya. Tapi bedanya saya tidak mempunyai jabatan dan seragam itu yang menjadi kelas saya lebih rendah dimata orang meskipun dompet saya lebih tebal.

Demi alasan belajar, saran dari Pak WW saya laksanakan. Saya mulai melamar ke beberapa perusahaan sembari tetap berjualan sampai menunggu panggilan kerja. Ada tiga perusahaan yang memanggil saya untuk tes dan interview di waktu yang tidak berjauhan, dan ketiga - tiganya menerima saya. Tetapi akhirnya saya memilih untuk menjadi sales di salah satu perusahaan pelumas yang pernah terkenal karena merasa sudah jatuh cinta di dunia penjualan. 

Pak Hrt sebagai owner ketika awal kali bertemu saya beliau langsung berpesan bahwa di perusahaan beliau jangan memandang uangnya berapa, tetapi belajarlah karena beliau dulu sebelum memiliki perusahaan sebesar itu juga belajar terlebih dahulu pada orang lain. Nah ketika bekerja itulah saya gunakan, mata, telinga dan pikiran saya untuk mempelajari bagaimana sistem pperusahaan itu. Karena saya di bidang pemasaran jadi yang saya pelajari tidak jauh dari  bidang pemasaran.

Satu setengah tahun kemudian saya memutuskan untuk berpindah ke perusahaan lain, masih sama dibidang pemasaran pelumas. Langkah saya ini terbilang sangat nekad dan penuh keberanian tinggi karena produk yang akan saya jual masih benar - benar baru. Tetapi niat saya bukanlah di penghasilannya, tetapi motif terbesar saya adalah karena saya ingin belajar. Perusahaan ini lebih sederhana dari pada perusahaan sebelumnya. Jadi selain dunia pemasaran sedikit banyak saya mulai mempelajari bagaimana sistem administrasi dan manajemen SDMnya walaupun masih jauh dari sederhana tetapi setidaknya saya mulai memahami bagaimana memanajemen SDM.

Perusahaan ini tidak bertahan lama karena secara nasional produk pelumas itu gagal bersaing dengan produk lain meskipun di area kami penjualan menunjukkan trend yang meningkat. Dan berbekal uang pesangon yang ada saya mulai kembali memulai bisnis saya. Bisnis yang saya geluti adalah menjadi grosir keliling. Namun bisnis ini tidak bertahan lama, kesalahan terbesar saya dalam gagalnya bisnis ini adalah karena lemah dibidang finansial sehingga saya tidak mengetahui dimana letak posisi keuntungan dan kerugiannya. Sempat down juga sih, tetapi saya anggap itu sebagai pembelajaran untuk pengalaman selanjutnya. Dan itu tidak akan pernah mematikan jiwa entrepreneur saya.

Hidup haruslah bangkit. Saya bangkit lagi dengan melamar ke perusahaan lagi.  Hingga akhirnya saya memilih tantangan yang lain di dunia perbankan. Sebenarnya waktu interview direktur bank perkreditan tersebut sudah menawari saya untuk jabatan yang lebih tinggi, tetapi saya bersikeras untuk memulainya dari bawah, dari menjadi office boy. Lagi - lagi tujuan saya adalah belajar. Meskipun menjadi office boy, saya terhitung juga banyak mendapatkan nasabah. Selain itu dengan menjadi office boy setiap diminta untuk foto copy dokumen saya pelajari dokumen - dokumen itu. Saya juga sering menawarkan diri ke bagian yang lain untuk membantu pekerjaan mereka, dengan tujuan belajar itu saja.

Tetapi saya tidak bertahan lama, dua bulan setelah masuknya asisten direktur saya mulai mencium hal - hal yang tidak beres di kantor cabang itu. Dan benar saja permainan buruk mereka akhirnya ketahuan, hanya aku dan staf administrasi senior yang tidak mau melibatkan diri di permainan mereka. Dan tahu sendirilah bagaimana akibatnya, saya akhirnya sering mendapat intimidasi dan perlakuan yang buruk dari sang asisten direktur dan karyawan lainnya. Saya sih tidak ambil pusing, begitu mengetahui posisi saya yang terjepit, saya langsung membuat lamaran ke beberapa perusahaan dan hanya dalam waktu seminggu saya sudah mendapatkan pekerjaan baru di bidang pemasaran pelumas lagi, tetapi dengan jabatan dan penghasilan yang lebih tinggi. Saya keluar tanpa pamit, ini memang saya lakukan sengaja agar memancing orang pusat agar melakukan sesuatu ke kantor cabang saya. Dan saya dipanggil khusus, awalnya saya dimarahi habis - habisan, tetapi jwaban diplomasi saya adalah saya sengaja melakukan ini agar orang pusat memperhatikan kantor cabang saya. Dari kalimat itu kemudian orang pusat malah melakukan investigasi dan dua bulan setelah saya keluar, seluruh karyawan yang terlibat, hampir 90% harus mendekam di penjara termasuk sang asisten direktur. Direktur menawari saya untuk kembali tetapi saya tolak dengan halus karena saya sudah mendapat jabatan yang lebih di perusahaan baru.

Di perusahaan baru ini, dengan jabatan dan cakupan wilayah kerja yang lebih luas akhirnya mempertemukan saya dengan orang - orang hebat dan penuh inspiratif. Saya merasa karir dan perkembangan yang pesat di diri saya. Namun lagi - lagi saya harus berhadapan dengan perilaku buruk tim saya. Bagi saya awalnya tidak ambil pusing dengan hanya berfokus pada pekerjaan saya. Namun karena ini adalah kerja tim, meskipun pelakunya tidak semuanya tetapi yang terkena dampak adalah tim. Dan demi nama baik dan masa depan saya memutuskan untuk berpindah tanpa harus menunggu tim ini terinvestigasi.  Saya keluar dengan cara yang hampir sama bahkan lebih ekstrim dari proses keluar di bank. Saya keluar tanpa pamit, dan komunikasi saya putus total alias menghilang dengan tujuan agar orang pusat melakukan audit, karena bagian yang saya tangani sangat vital dan riskan penyelewengan, jadi audit rutin harus dilaksanakan. Tidak ada satu bulan setelah saya keluar terdengar kabar bahwa seluruh tim yang ada di bagian saya harus berurusan dengan pihak yang berwajib karena penyelewengan dan pengelapan uang. Saya juga harus diperiksa oleh pihak yang berwajib, namun karena hasil audit saya positif, jadi justru mendapat bonus dari pusat karena mereka saya beritahu motif saya menghilang agar orang pusat melakukan audit secara mendadak sehingga para pelaku tidak sempat untuk memanipulasi data seperti biasanya.

Setelah itu saya berpindah ke perusahaan multi distributor berskala nasional. Di perusahaan ini selain karir pergaluan saya juga mulai dengan para owner rumah makan, manajer hotel dan orang - orang yang penuh inspirasi lainnya. Dari merekalah sedikit banyak saya mulai belajar berbisnis. Dari merekalah saya mendapat inspirasi dan motivasi tentang berbisnis.

Situasi perusahaan menjadikan kondisi suasana kerja yang awalnya penuh semangat dan kondusif menjadi sangat kacau. Makan memakan rekan kerja sudah menjadi wajar dan lumrah. Dan pada saatnya saya juga harus menjadi korban, dan sebelum menjadi korban lebih baik saya harus segera menyingkir menata kehidupan yang baru ketika gejala termakan mulai ada.

Dan akhirnya saya kembali ke jiwa saya yang sebenarnya, jiwa berbisnis, jiwa berwira usaha sendiri. Saya tidak peduli dengan apa kata orang tentang label sebagai penjual bakso atau tukang foto copy, yang penting bagi saya bisa tetap hidup dan meraih apa yang jadi keinginan saya. Justru dari berbisnis ini saya dapat meneruskan pendidikan saya ke jenjang yang lebih tinggi dan memeiliki apa yang sebelumnya susah untuk dimiliki.

Nah, bagaimana dengan pilihan hidup menjadi karyawan atau usahawan. Itu hanya persoalan pilihan dan dimana minat anda. Keduanya mempunyai tujuan yang sama yaitu memenuhi kebutuhan hidup dan keinginan yang lain. Yang terpenting adalah bagaimana kita menentukan apa yang yang menjadi tujuan hidup hidup dan mencari cara untuk meraihnya dengan berusaha keras dan sungguh - sungguh, entah melalui cara menjadi karyawan atau usahawan itu hanya persoalan jalan saja. Yang terpenting jangan pernah berhenti untuk berpikir dan berusaha memaksimalkan segala potensi yang kita mili untuk meraih tujuan hidup.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Saran dan komentar anda akan sangat membantu dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas kami dalam berbagi.